Kamis, 20 Juli 2017

Tugas Akuntan Keuangan

Tugas Akuntan Keuangan

Tugas Akuntan Keuangan - Akuntansi, seperti bagian beda, menjunjung nilai-nilai spesial spesifik. Nilai-nilai spesial ini lalu membuat ciri-khas basic yang bila dijaga dengan baik dapat jadi kelebihan tersindiri di lingkungan usaha serta orang-orang dengan luas.

Nilai teratas yang dipegang, dalam akuntansi, yaitu “akuntabilitas” (accountability) —bisa dipertanggungjawabkan. Tiap-tiap angka yang tercatum dalam laporan akuntansi (baik manajemen ataupun keuangan) mesti dapat dipertanggungjawabkan—akuntabel.

Untuk dapat akuntabel, dibutuhkan beberapa keadaan spesifik yang cuma dapat diwujudkan bila mempunyai ciri-khas basic yang dibutuhkan. Tuntutan akuntabilitas yang direfleksikan lewat kesibukan pekerjaan keseharian, yang semakin lama semakin terasah, juga akan membuat ciri-khas basic ini semakin keluar ke permukaan, serta jadi ciri-khas bawaan akuntan dimana saja berada—baik di lingkungan usaha ataupun sosial orang-orang.

Berikut sepuluh ciri-khas basic yang mutlak mesti dipunyai untuk jadi akuntan handal :

1. Akurat

Bicara akuntansi pastinya bicara 2 hal, yakni : (a) angka ; serta (b) uang.

Angka mesti akurat. Pemakaian uang (orang yang lain/yang memiliki usaha) mesti akuntabel—bisa dipertanggungjawabkan. Hingga pekerjaan akuntansi esensinya yaitu mengakurasikan serta mengakuntabelkan angka uang yang dipakai dalam kesibukan usaha.

Dari waktu sekolah sampai bekerja, orang akuntansi dididik untuk jadikan akurasi jadi nilai yg tidak bisa dikompromikan. Hampir tak ada ruangan tidak untuk akurat. Ketidakakuratan yaitu cacat. Ketidakakuratan yaitu problem. Ketidakakuratan yaitu kegagalan.

Umpamanya : akuntansi cuma mengaku transaksi yang di dukung oleh bukti transaksi yang valid. Serta angka yang disadari mesti sama persis dengan yang tercantum dalam bukti transaksi—hingga ke digit desimal di belakang koma.

Tuntutan ini membuat orang akuntansi jadi punya kebiasaan memakai akurasi jadi salahsatu alat takar kwalitas. Serta demikian sebaliknya, jadi tidak punya kebiasaan terima beberapa hal yg tidak akurat.

Di bagian kehidupan manapun, akurasi yaitu nilai positive. Akurasi menyebabkan trust (keyakinan) dari pihak lain—baik di lingkungan usaha ataupun lingkungan sosial orang-orang. Suatu hal yang akurat tambah lebih dihargai dibanding yang kurang atau tidak akurat.

2. Detail

Akurasi memerlukan detil. Tanpa ada detil yang cukup, akurasi akan tidak terwujud. Tiap-tiap pekerjaan akuntansi, yang manapun, senantiasa detil.

Umpamanya : Beras 3 truck datang dari supplier tidak dapat dicatat dengan “Persediaan Beras 3 Truck Rp 200, 000, 000”. Tidak dapat. Mesti rinci—dengan dengan memakai unit ukur (unit measurement) paling kecil. Bila unit ukur terkecilnya beras yaitu kg, jadi unit yang dipakai (dalam perhitungan ataupun pencatatan) mesti kilogram—tidak bisa “truck”. Untuk emas yang unit ukur terkecilnya yaitu gr, jadi mesti disadari dengan unit gr.

Untuk orang akuntansi, suatu hal yg tidak detil relatif tidak akurat—thus automatis tidak dapat dipertanggungjawabkan. Itu penyebabnya kenapa orang akuntansi relatif punya kebiasaan pada beberapa hal yang sifatnya detil serta tidak punya kebiasaan dengan yang demikian sebaliknya.

“Attention to detail” senantiasa bagus—dibandingkan generalisasi—di bagian kehidupan manapun, baik dalam lingkungan usaha ataupun sosial orang-orang. Di lingkunga usaha umpamanya, ketentuan yang di ambil dengan memakai backup data yang detil relatif lebih pas dibanding yang memakai basic pertimbangan aggregate (berbentuk general). Serta di lingkungan sosial orang-orang, dalam banyak masalah, generalisasi yaitu suatu hal yang kurang dihargai.

3. Logis

Walau banyak bekerja memakai angka, sebenarnya akuntansi tidaklah pengetahuan tentu (exacta) —banyak memakai prinsip serta anggapan, tetapi tetap dalam kisaran logis.

Dalam mengerti masalah (pekerjaan) akuntansi, orang akuntansi sendiri tidak seutuhnya kaku, dapat terima beberapa hal yang tetap dalam kisaran logis, namun untuk tidak suatu hal yg tidak logis.

Itu penyebabnya kenapa orang akuntansi, dalam kesehariannya, yaitu beberapa orang yang semakin banyak memakai logika dibanding hal-hal lain. Orang akuntansi tidak gampang terima beberapa hal yg tidak masuk akal.

Logis yaitu nilai positive dalam dimensi kehidupan manapun, baik dalam lingkungan usaha ataupun sosial orang-orang. Di lingkungan usaha umpamanya, input basic pengambilan-keputusan minimum mesti logis, tidak dapat memakai anggapan serta pertimbangan ngawur. Serta di lingkuan sosial orang-orang, logis lebih dapat di terima dibanding tidak logis (ngawur).

4. Terukur

Logika yang masih tetap dapat di terima dalam akuntansi yaitu logika yang terarah. Hingga dapat disebut kalau, logika yang terarah (diatas kertas serta dalam proses) yaitu kwalitas paling rendah yang dapat ditolerir, dalam akuntansi. Semua sesuatunya, bila tidak dapat exact, minimum mesti logis serta terarah.

Logika yang dipandang terarah oleh akuntansi yaitu logika yang tertuang dalam prinsip serta anggapan yang telah lewat pengujian yang cukup, lantas disetujui dengan serta di terima oleh umum—dalam literature dimaksud ‘prinsip prinsip akuntansi berterima umum” (PABU). Bukanlah prinsip serta asusmi ngawur. Mesti masuk akal—baik dengan teoritis ataupun praktikal.

Terlebih-lebih pekerjaan paling utama seseorang akuntan, di lingkungan usaha, yaitu mengukur kemampuan perusahaan dari segi keuangan. Jadi keterukuran yaitu nilai minimum yang dapat diterma.

Untuk dapat melakukan peranan paling utama jadi pengukur, khsusunya di lingkungan usaha, seseorang akuntan dituntut untuk berfikir, bicara, berlaku, serta melakukan tindakan, serba terarah. Konkretnya : seseorang akuntan berfikir, bicara, lantas bertindak berdasar pada kenyataan yang dibackup oleh data. Bila tak ada data, minimum memakai logika yang terarah, yakni : standard akuntansi serta undang-undang pajak.

Di lingkungan sosial, beberapa orang akuntansi juga relatif berfikir, bicara, serta melakukan tindakan dengan terarah (terkecuali bila tengah berseloroh). Senantiasa memakai basic referensi tentu (hukum, etika, norma, budaya, serta nilai-nilai agama) yang berlaku di lingkungannya.

5. Konsisten

Akuntabilitas, selain perlu akurasi, detil, kelogisan serta keterukuran, juga memerlukan ketekunan. Tidak dapat naik-turun. Tidak dapat ‘ngalor-ngidul’, semua mesti dikerjakan dengan berkelanjutan :

Prosedur akuntansi (pengkuran, pernyataan serta pelaporan) mesti konsisten
Cara apa pun yang dipakai mesti konsisten
Unit ukur paling kecil yang dipakai mesti konsisten
Format penyajian laporan mesti konsisten
Serta beda sebagainya, semuanya mesti konsisten
Tuntutan ketekunan itu, terang atau tersamar, terefleksi dalam pola-pikir serta tingkah laku beberapa orang akuntansi itu sendiri—di langkungan manapun ada ; mereka relatif memberikan pola-pikir serta tingkah laku yang berkelanjutan. Tidak mencla-mencle. Tidak plintant-plintut.

Sekali katakan tidak bisa memakai sarana kantor, jadi selama-lamanya tidak bisa. Sekali tidak terima keinginan berbelanja tanpa ada PO, selama-lamanya akan tidak ingin terima. Sekali katakan tidak dapat kontan bon, jadi selanya akan tidak dapat.

6. Disiplin

Tanpa ada disiplin tinggi, ketekunan akan tidak berlangsung. Ketekunan, perlu disiplin tinggi :

Tidak meremehkan kenyataan (data) sekecil apa pun ;
Patuh pada prosedur serta kebijakan perusahaan ;
Patuh pada ketentuan pemerintah ;
Patuh pada standar an kode etik ;
Patuh pada prinsip yang berterima umum serta praktik yang lazim
Selain akurasi serta ketekunan, laporan yang di buat lewat sistem akuntansi—yaitu laporan keuangan—harus relevan, dihidangkan pas saat, tidak kedaluarsa. Untuk dapat penuhi tujuan saat penyampaia neraca keuangan, juga membutuhkan disiplin yang tinggi.

Keseluruhannya, pekerjaan akuntansi termasuk pekerjaan yang memerlukan disiplin yg tidak main-main.

Tidak paham ditempat beda, sejauh yang aku saksikan ; anak akuntansi (baik yang masih tetap belajar ataupun yang telah bekerja) memang disiplin. Serta itu yaitu ciri-khas yang positive di lingkungan manapun, terlebih-lebih di lingkungan usaha. Tidak ada satu perusahaan (organisasi) juga yang menyukai pada personnel yg tidak disiplin.

7. Skeptis

Dari ciri-khas awal sampai ke-5 diatas, terang serta tidak diragukan sekali lagi, jadi skeptis yaitu satu konsekwensi yg tidak dapat dijauhi. Untungnya, sekpetis yaitu salah nilai yang positive (bukanlah negatif).

Bahkan juga, dalam akuntansi, jadi skeptis yaitu suatu hal yang dianjurkan—saya pribadi jadi mengharuskan, bila menginginkan jadi akuntan yang handal mesti mempunyai level skepticism yang tinggi.

Berlainan dengan sinis (cynic), skeptik dalam hal semacam ini tujuannya yaitu :

Tidak gampang menyebutkan iya – Orang akuntansi, dengan informal, memanglah tidak diperkenaankan untuk gampang menyebutkan “iya”. Standard minimum yang dipakai yaitu “apa iya? ”. Setelah itu di cari tahu, rangkaikan data serta kenyataan sebelumnya merubah “apa iya? ” jadi “iya” atau “no way”.
Tidak meyakini infomasi (apa pun memiliki bentuk) sebelumnya lakukan verifikasi – Terutama di lokasi auditing, beberapa auditor—baik eksternal ataupun internal—diwajibkan untuk cuma meyakini data serta kenyataan (bukti transaksi yang valid). Didalam perusahaan, akuntan cuma bisa meyakini data serta info sesudah diverifikasi validitasnya.
Orang akuntansi, dengan profesi memanglah harus skeptis ; tidak gampang menyebutkan iya ; serta tidak gampang meyakini info tanpa ada data serta kenyataan.

8. Sederhana

Sederet nilai kwalitas (dari mulai akurasi sampai ketekunan), belum juga jaminan tentu untuk dapat wujudkan keadaan akuntabel. Karenanya akuntansi menyarankan supaya beberapa akuntan memprioritaskan kehati-hatian dalam menggerakkan sistem akuntansi—konservatif (conservatism).

Karna neraca keuangan yaitu bentuk pertanggungjawaban manajemen (pengelola) perusahaan pada yang memiliki usaha (beberapa pemegang saham), jadi yang disebut dengan kehai-hatian dalam akuntansi yaitu :

Tambah baik mengaku laba yang lebih kecil dari sebenarnya, dibanding semakin besar (bila di turunkan, jadinya : akui potensi beban/cost namun janganlah potensi pendapatan)
Tambah baik mengaku aset lebih rendah dari sebenarnya, dibanding semakin besar. Demikian sebaliknya tambah baik mengaku keharusan lebih tinggi dari sebenarnya, dibanding lebih rendah.
Bila dilihat dari akuntan independent, prinsip diatas yaitu bentuk dari kehati-hatian (membuat perlindungan diri dari resiko lebih mengaku nilai perusahaan client). Namun bila dilihat dari akuntan yang bekerja didalam perusahaan, itu yaitu bentuk dari kesederhanaan—simplicity. Tambah baik terlihat lebih kecil dari pada terlihat semakin besar dari aslinya.

Kesederhanaan juga terlihat dari tampilan serta pola hidup beberapa akuntan. Kamu akan tidak sempat temukan akuntan yang berpenampilan serba “wah”—meskipun sebenarnya, dengan finansial, mereka dapat karenanya.

9. Jujur

Pasti jujur yaitu hal terutama dalam wujudkan akuntabilitas.

Bila hal awal sampai ke 8 diatas telah terwujud, automatis kejujuran terwujud dengan sendirinya. Apabila tidak, jadi minimum, kejujuran mesti ada. Dapat jadi akurasi serta yang lain-lainnya tidak dapat terwujud karna keadaan spesifik. Namun kejujuran mesti ada.

Bisa disebutkan kalau, kejujuran yaitu hal paling paling akhir yang dapat dipegang dari seseorang akuntan—pada waktu akurasi, detil, kelogisan, keterukuran, ketekunan serta lain-lainnya, sangat terpaksa tidak dapat diwujudkan. Seburuk-buruknya kemampuan seseorang akuntan, minimum dia mesti jujur. Tanpa ada itu, jadi habislah kariernya.

Konkretnya, laporkan keadaan keuangan perusahaan apa yang ada, tidak ada kemauan lakukan kecurangan—baik atas nama sendiri, grup, ataupun perusahaan tersebut.

10. Gigih

Walau tidak serumit membuat mesin roket, pekerjaan akuntansi termasuk tidak sederhana serta berbentuk teknikal—mengandung kerumitan yang membutuhkan evaluasi spesial untuk dapat menguasainya. Tidak dapat instant. 


Untuk dapat mengerti serta menggerakkan pekerjaan akuntansi dengan baik, diperlukan level kegigihan yang ekstra. Dalam banyak masalah, terutama di lingkungan KAP, bekerja dalam jam yang panjang yaitu suatu hal yang wajar.

Selain teknikal, akuntansi juga berbentuk dinamis, selalu alami perubahan—mengikuti perubahan lingkungan usaha. Pilih akuntansi, mesti siap untuk selalu belajar (sembari bekerja) selama waktu—

Kegigihan, tekad serta daya juang yang tinggi, yaitu nilai positive, dimanapun—syarat mutlak yang diperlukan untuk berhasil dalam menggerakkan profesi apa pun.

Keseluruhannya, lewat evaluasi akuntansi (mulai sejak di waktu sekolah sampai di waktu kerja), kebanyakan orang akuntansi telah diberi dengan nilai-nilai basic itu. Cuma saja, dibutuhkan kesungguhan serta keseriusan untuk dapat melindungi serta merefleksikan nilai itu, SECARA KONSISTEN, lewat pola-pikir, sikap serta tingkah laku keseharian. Berhasil untuk selalu kamu. Selamat selesai minggu.

pekerjaan akuntan di bank
tugas akuntan dalam perusahaan
tugas akuntan keuangan
tanggung jawab seorang akuntan
pekerjaan accounting seperti apa
contoh pekerjaan accounting
info tentang tugas tugas accounting staff
apa yang dikerjakan seorang accounting
info tentang tugas tugas accounting staff
belajar accounting
gaji accounting staff
tugas finance accounting staff
contoh job description accounting terbaru
tugas seorang akuntan dalam perusahaan

Senin, 17 Juli 2017

Alasan Berhenti Kerja yang Logis

Alasan Berhenti Kerja yang Logis

Alasan Berhenti Kerja yang Logis - Kenapa Kamu keluar dari tempat kerja Kamu terlebih dulu? ” Pertanyaan itu bisa memberi rasa takut bahkan juga pada calon yang mempunyai keyakinan diri tinggi. Apa pun jawaban Kamu, sederhana atau kompleks, bila Kamu membahas hal semacam ini, jadi Kamu mesti memberi keterangan yang pasti serta upayakan untuk bercerita argumen Kamu yang sebenar – benarnya, tetapi dalam batasan norma spesifik.

Jadi contoh, bila argumen Kamu keluar dari tempat kerja terlebih dulu yaitu karna berselisih dengan rekanan kerja atau atasan, jadi janganlah menyebutkan pada HRD kalau Kamu berselisih atau berkelahi dengan segera, namun katakan kalau Kamu mempunyai pandangan yang berlainan dengan rekanan kerja atau atasan Kamu serta katakan kalau Kamu tidak nyaman bekerja dengan keadaan itu hingga selanjutnya Kamu mesti mengundurkan diri. Namun, hal semacam ini harus juga di dukung oleh rekam jejak kerja Kamu yang baik, bila Kamu memanglah terus-terusan beralih – geser kerja dalam jarak yang singkat jadi HRD juga akan berasumsi kalau Kamu tidak bisa bekerja bersama dalam satu tim.

Di samping untuk ketahui waktu dulu Kamu di tempat kerja terlebih dulu, HRD juga memberi pertanyaan ini untuk ketahui kenapa Kamu tertarik pada lowongan yang mereka gunakan. Terdapat banyak formula untuk merespon pertanyaan itu serta membuat Kamu tampak lebih profesional yakni :

Jujurlah

Seperti yang telah aku katakan terlebih dulu, jujurlah pada HRD tentang argumen kenapa Kamu keluar dari tempat kerja Kamu terlebih dulu, bahkan juga bila Kamu dipecat oleh atasan Kamu. Tak ada argumen untuk sembunyikan hal itu (terdapat banyak HRD yang juga akan mengecek latar belakang Kamu di tempat kerja Kamu yang lama untuk menunjukkan apakah Kamu jujur atau tidak), cuma saja Kamu mesti mengemukakannya dengan pendekatan yang baik. Beri argumen yang pasti serta akui bila memanglah Kamu lakukan kekeliruan yang fatal serta katakan kalau Kamu belajar dari kekeliruan itu serta menginginkan memperbaikinya, tetapi atasan/perusahaan Kamu tidak bisa memberi peluang pada Kamu.

Tetaplah Positif

Meskipun Kamu menanggung derita di bawah kepemimpinan atasan seperti di film Devil Wears Prada, tetapi jangan sampai menjelek – jelekannya dimuka HRD ketika interview. Apabila Kamu terasa tidak diperlakukan dengan terhormat, jangan sampai membuat diri Kamu seakan – olah seperti korban. Menurut perusahaan rekrutmen Deborah Osbourn, semakin lebih baik bila Kamu menyebutkan kalau pekerjaan itu tidak pas untuk Kamu serta beri argumen yang mensupport pernyataan Kamu itu. Jadi contoh, Kamu bisa menyebutkan kalau Kamu menginginkan bekerja dalam satu lingkungan yang berbasiskan pada hubungan kerja tim atau tempat itu tidak memakai ketrampilan Kamu.

Jagalah supaya jawaban Kamu tetaplah pendek



Bacalah juga : 5 Langkah sederhana untuk membuat pelanggan dengarkan Anda
Saat Kamu menjawab satu pertanyaan, jangan sampai memberi jawaban yang panjang lebar. Makin Kamu banyak bicara, jadi makin besar juga Kamu buka kesempatan untuk HRD untuk memberi pertanyaan yang mungkin saja tidak Kamu sangka. Ya, aku tahu kalau rekanan kerja yang menyukai menusuk dari belakang, atasan yang temperamental, politik kantor yang kotor adalah satu diantara argumen yang cukup kuat untuk membuat Kamu keluar dari tempat kerja, tetapi hal itu tidak layak untuk Kamu bicarakan saat interview berjalan.

Apabila Kamu keluar dengan argumen yang positif serta menginginkan mencari tantangan baru, jadi cuma argumen itulah yang perlu Kamu katakan. Bila HRD menginginkan memperoleh info semakin banyak, dia juga akan ajukan pertanyaan pada Kamu.

Konsentrasi pada pekerjaan yang baru 


Langkah paling baik untuk memberi tanggapan yaitu kembali ke hal yang paling perlu yakni kenapa Kamu tertarik pada pekerjaan yang Kamu lamar. “Orang yang menginterview Kamu menginginkan ketahui kalau Kamu memanglah inginkan pekerjaan itu serta bersedia bekerja kurun waktu yang cukup lama”, kata Osbourn. “Anda juga akan terperanjat kalau beberapa orang yg tidak dapat mengekspresikan argumen kenapa mereka tertarik pada pekerjaan tersebut”.

Soroti pekerjaan atau hal – hal yang ada pada tempat baru itu yang membuat Kamu jadi begitu tertarik, jadi contoh, pada tempat terlebih dulu aku tidak mempunyai peluang untuk bekerjasama dengan divisi beda serta perihal ini pula yang membuat aku tertarik untuk bekerja antar divisi. Serta berhati – hatilah dengan apa yang telah Kamu katakan tentang hal yg tidak Kamu gemari pada pekerjaan Kamu terlebih dulu yang mungkin saja saja terkait dengan tempat baru yang Kamu lamar ini.

Ingat, kalau tiap-tiap pertanyaan yang didapatkan adalah satu peluang untuk tunjukkan kwalitas Kamu, personality Kamu, serta ketertarikan Kamu pada tempat itu. Kamu telah behasil melalui saringan awal, serta interview adalah waktu yang pas untuk memberikan keyakinan HRD kalau Kamu adalah calon paling baik. Jadi bila Kamu di tanya tentang pekerjaan Kamu terlebih dulu, beri jawaban yang pendek, jujur, serta positif.

alasan resign yang masuk akal
alasan resign mendadak
alasan berhenti kerja saat di interview
alasan resign ke atasan
alasan berhenti kerja yang logis
cara resign dari tempat kerja
alasan keluar kerja yang logis
macam macam alasan resign